Kado Cinta di Valentine's Day

Salah  satu  indikasi kelemahan iman, adalah tatkala seorang muslim mendukung dan mengikuti (berpartisipasi), atau paling minimal meridhai (merestui) pelaksanaan acara-acara ritual dan kegiatan seremonial agama lain.
Apakah itu agama Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha atau kepercayaan pada leluhur yang lebih sering dibahasakan dengan kata Tradisi, atau Budaya dan sebagainya.

Diantara acara “asing” yang begitu membudaya dan populer dikalangan masyarakat -termasuk di dalamnya  umat Islam adalah apa yang disebut dengan Valentine’s day. Pada setiap tanggal 14 Februari, orang-orang utamanya para kawula muda ramai memperingati Hari Valentine (Valentine’s day) atau biasa juga mereka sebut Hari Kasih Sayang. 

Mereka memperingati hari ini dengan aneka perbuatan yang nyata-nyata dalam pandangan Islam adalah perbuatan haram. Dan mereka benar-benar hanyut dalam perangkap budaya asing yang menjijikkan itu. Dansa-dansi, berpelukan mesra antar sesama lawan jenis yang haram, ciuman, dan yang lebih fatal dari itu dapat terjadi secara “wajar” pada hari itu. 

Ada juga sebagian remaja yang saling memberikan kartu dengan ucapan-ucapan yang senti-mentil, memberikan hadiah  (kado), dan lain-lain cara yang dapat ditempuh sebagai ungkapan kasih sayang menurut klaim hawa nafsu mereka Padahal sebetulnya acara ini adalah acara seremonialnya orang-orang Kristen, kalau kita berkata: “Ini khusus anak-anak muda” maka itu bisa saja benar tapi ingat: “Khusus anak-anak muda Kristen!”  Dan itu wajar bagi mereka, dalam ajaran Kristen tidak ada larangan berpacaran, berdansa-dansi dan sebagainya. 

Dalam Islam tidak seperti itu. Sayang sekali dan sungguh ironis, tatkala dalam kenyataan, banyak remaja-remaja Islam yang latah dan ikut-ikutan melakukan budaya sesat dan jorok, dan tidak sedikit remaja putri kita yang menjadi korban, mereka terjebak ke dalam budaya yang kemudian membuat mereka terperosok dalam kehinaan dan murka Allah Subhanahu wata'ala. Begitu mudahnya para pemuda-pemudi kita meniru dan ikut-ikutan larut dalam berbagi tradisi dan kebudayan yang tidak Islami yang dipoles dengan dalih toleransi, modernisasi, globalisasi dan sebagainya.

ASAL-USUL VALENTINE DAY
Bermula pada tanggal 14 Februari 269 M (1733 Tahun yang silam), seorang pendeta bernama Santo Valentine harus menerima hukuman pancung dari Raja Claudus II Ghoticus, karena sang pendeta dianggap telah melanggar  ketentuan imperium yang mana ia telah berani menikahkan sepasang remaja yang sedang asyik menjalani kisah-kasih asmara secara diam-diam. 

Tindakan Valentine tersebut  akhirnya di ketahui oleh pihak emperior (Raja). Padahal telah ada ketentuan pada masa itu, bahwa para remaja (perjaka) dilarang untuk menikah dulu karena mereka sangat dibutuhkan untuk menjadi prajurit yang tangguh. Prajurit yang belum menikah dianggap memiliki prestasi yang baik di medan pertempuran. Hayat Santo Valentine terputus di tangan para algojo, pada tanggal 14 Februari 269 M di Kota Cilalpine Gaul, tepatnya di jalan Flaminia. Pihak gereja lalu menobatkannya sebagai pahlawan yang telah melindungi orang yang bercinta asmara. Paus Santo Julius I membuat bangunan kehormatan untuk menghormatinya.   Dan selanjutnya pada tahun 496 M, diperingati Hari wafatnya Valentine tersebut untuk pertama kali, dan ditetapkan sebagai hari kasih sayang. Pencetusnya adalah Paus Galasium I. 

Peringatan Hari Kasih Sayang ini sebetulnya diilhami pula oleh kebudayaan nenek moyang bangsa Romawi, yakni pemujaan terhadap Dewa Lupercus (dewa kesuburan, padang rumput dan hewan ternak) dan dewa Faunus (dewa alam semesta).  Namun tanggal peringatannya 15 Februari, dilakukan setiap tahun. Pemujaan terhadap dewa tersebut dilakukan dengan penyembelihan beberapa ekor kambing dan seekor anjing. Para pemuda yang mengikuti upacara dihadapkan menuju altar sembari diolesi keningnya dengan darah yang ada di pisau bekas penyembelihan  hewan tadi. Selanjutnya para peserta upacara membuat cambuk dari kulit kambing yang telah dikorbankan tadi untuk mencambuki wanita yang dijumpai pada saat mengelilingi bukit Falatine. 

Anehnya para wanita menerima cambukan dari para pemuda dengan perasaan senang hati. Mereka kaum wanita beranggapan bahwa cambukan tersebut dapat mengembalikan kesuburan wanita.Pada masa Kaisar Constantine (280-337 M), seorang Kaisar yang pertama kali memeluk agama Kristen dan juga memiliki perhatian besar terhadap kehi-dupan gereja, menambahkan berbagai acara setelah upacara pemujaan terhadap dewa Luparcus dan Faunus tadi  antaranya pemberian kesempatan kepada para gadis remaja untuk menyampaikan pesan-pesan cinta mereka di sebuah jambangan besar, kemudian para pemuda  menerima pesan-pesan dari remaja puteri tadi. Kemudian setelah itu mereka saling berpasang-pasangan dan berdansa sema-laman yang biasanya diakhiri dengan perzinaan.

Pada abad ke-5 M, upacara bangsa Romawi ini dimasukkan ke dalam upacara pensucian diri yang umumnya dilakukan oleh pihak gereja.  Tepatnya pada tahun 494 M, Paus Galasium I yang telah merobah acara adat itu menjadi ritual gereja. Dan dua tahun setelah itu (496 M), upacara pensucian ini ditetapkan menjadi upacara Perayaan Kasih Sayang, dan tanggal peringatannya dirubah dari tanggal 15 Februari menjadi tanggal 14 Februari bertepatan dengan hari digantungnya pendeta Santo Valentine. Karena itu hari Kasih Sayang disebut juga bahkan lebih populer dengan Hari Valentine (Valentine’s day).

Tinjauan Islam Terhadap Budaya Valentine
Dari uraian-uraian diatas, kita dapat menguraikan secara singkat, pandangan Islam terhadap acara dan budaya Valentine tersebut, melalui analisa-analisa berikut ini:

Ditinjau dari Asal Usul dan Hakekat Acara ini:
1.    Hari Kasih Sayang yang berasal dari adat sebuah bangsa Kafir (Romawi) dan kemudian dijadikan acara Ritual keaga-maan orang Kristen adalah suatu kebatilan dan diantara bid’ah-bid’ah gereja yang telah merombak ajaran tauhid dan risalah Islam yang disampaikan oleh Rasul Allah, Isa Al Masih  . Karena itu siapa yang meyakini dan menyatakan kebenaran/ kewajaran acara tersebut berarti telah kufur. Allah Subhanahu wata'ala berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan pada mereka karena kedengkian yang ada di antara mereka barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya” (QS. Ali Imran : 19)

2. Hari Kasih Sayang juga telah menjadi Hari Peringatan wafatnya Valentine. Dalam Islam tidak ada peringatan atas kewafatan seseorang. Dan seandainya hal ini boleh maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam atau sahabat-sahabatnya lebih layak untuk kita peringati hari wafatnya, dari pada selain mereka, apatah lagi seorang pendeta yang jelas-jelas adalah pemimpin kekufuran. Ulama kita telah memaparkan bahwa tidak ada hari yang diperingati dan dirayakan dalam Islam dalam setahun kecuali dua: ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha.

3. Kasih Sayang yang dimaksud oleh mereka dalam upacara dan peringatan ini bukanlah kasih sayang dalam artian sebenarnya, bukan kasih sayang yang suci yang dituntunkan oleh Allah dan Rasul-Nya, tapi Kasih Sayang yang tidak lebih dari pelampiasan hawa nafsu, yang memang sering mendominasi pikiran dan perasaan kaum remaja utamanya yang telah kehilangan identitas diri.

4. Mengikuti dan mendukung, atau paling minimal merestui/mendiamkan pelaksanaan ritual agama lain adalah termasuk Wala (loyalitas) kepada mereka. Dan merupakan bentuk pembenaran terhadap kebatilan dan kemungkaran. (QS. 5:51,57), (QS.3:28), (QS.60:1), (QS.5:55,56), (QS. 48:29), (QS.109:1-6).

5. Perbuatan di atas (Budaya Valentine) adalah termasuk kategori meniru-niru dan menyerupai Kaum yang lain (non Muslim) dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang dan mengingatkan kita dengan sabdanya:
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk dari kaum itu”  (HR. Abu Dawud)

6. Budaya Valentine termasuk perbuatan mengambil cara-cara beribadah atau upacara-upacara yang dianggap memiliki nilai sakral yang tidak ada ketentuannya dalam tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menegaskan. 
”Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam agama kami ini, sesuatu yang tidak ada  tuntunannya dari kami maka ia tertolak” (HR. Bukhari dan Muslim).

7. Islam melarang pengkultusan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saja tidak boleh dipuji terlalu berlebih-lebihan atau dikultuskan, Valentine’s day adalah suatu sarana yang begitu efektif untuk kemudian mengkul-tuskan pendeta tersebut. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya :

 “Jangan kalian mengkultuskan aku sebagai-mana orang-orang Nasrani  mengkultuskan Isa bin Maryam, kerena sesungguhnya aku adalah seorang hamba maka katakanlah : Hamba Allah dan Rasul-Nya”  (HR. Bukhari)
Ditinjau dari Pelaksanaan dan Realitas yang ada :
1. Upacara Valentine selalu dibarengi dengan perbuatan dansa-dansi, bercinta, berciuman dan berpelukan, dan sampai pada hubungan kelamin antara manusia yang berlainan jenis dan bukan suami istri. Ini jelas merupakan tindakan-tindakan amoral. Manusia, para remaja tidak mengenal lagi batas-batas hubungan sesama manusia. Kebebasan hubungan yang sangat memuakkan dan menjijikkan. 

Dan jikalau demikian. Valentine adalah tidak lebih dari sebuah momentum dilakukannya dosa-dosa dan kemak-siatan berupa perzinaan dan segala tindakan yang merupakan wasilah dan pintu-pintu menuju perzinaan. Dan Islam telah menutup semua pintu-pintu itu .Islam mengharamkan berpacaran dalam bentuk apapun.

“Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al Israa : 32)

Berkata Al ‘Allamah As Sa’di Rahimahullah dalam tafsirnya tentang ayat   ini :  "Pelarangan  terhadap  usaha  mendekati zina lebih mengena dari pada pelarangan terhadap zina sendiri, sebab pelarangan mendekatinya mencakup pelarangan terhadap segala prolog dan seluruh sebab-sebab terjadinya perzina-an. Karena siapa yang menggembalakan ternak di sekitar tanah larangan, cepat atau lambat ia akan masuk ke tanah larangan itu . Apalagi untuk perbuatan zina itu sendiri yang begitu kuat faktor-faktor penariknya pada diri banyak orang”.

2. Dalam pelaksanaan acara Valentine’s day banyak terjadi pemborosan dan penghamburan sumber daya yang tidak sedikit untuk hal-hal yang tidak membawa manfaat; tidak untuk maslahat duniawi apalagi maslahat ukhrawi. Dan ini terlarang dalam ajaran Islam (QS. 17 : 26-27).

Berdasarkan analisa-analisa di atas, kita dengan mudah dapat menyimpulkan bahwa Islam memandang Budaya Valentine adalah HARAM dan tidak bisa ditolerir sama sekali. Bertentangan dengan prinsip aqidah, bertentangan dengan nilai moral dan akhlaqul karimah. Karena itu tidak dibenarkan sama sekali kepada pemuda dan pemudi Islam untuk ikut-ikutan meniru, mengikuti acara dan kegiatan najis yang menjijikkan ini.

Apalagi kalau dikaitkan dengan program murtadisasi  seperti tersebut di atas, maka dalam acara Valentine’s day ini ada indikasi yang sangat jelas bahwa acara tersebut adalah sebuah rekayasa kaum kuffar untuk menggiring pemuda-pemuda Islam kepada kehancuran. Dia adalah bagian dari konspirasi musuh Islam Internasional dalam rangka mema-damkan cahaya Allah Subhanahu wata'ala (Dienul Islam) di atas permukaan bumi ini (QS. 2:120, 217), (QS. 8:60), (QS. 9:32). 

Kita berdoa kepada Allah Subhanahu wata'ala agar senantiasa ditambahkannya Ilmu Ke-Islaman   kita,  sehingga  bertambah  kuat pulalah keimanan dan keistiqamahan kita kepada Dinul Islam yang mulia. Dengan demikian kita akan dapat merasakan kebahagiaan yang haqiqi di dunia dan di akhirat kelak. Insya Allah.
-Muhammad Yani Abdul Karim, Lc

Sumber: Buletin Al-Fikrah edisi 14 tahun II

0 komentar:

Posting Komentar